Properti

01 Maret 2010

KISAH YANTI ; PENJUAL MINYAK ZAITUN KELILING YANG LANGSUNG BUKA PRAKTIK PIJAT PLUS

CD Yang Dipakainya Juga Boleh Dibeli
Yanti yang sejatinya mantan pegawai SPA di sebuah Hotel di Surabaya. Nasibnya sotak berubah ketika dia kena PHK pasca krisis moneter.
Dengan modal kecantikannya, Yanti akhirnya memutuskan berbisnis.

Setelah kena PHK Yanti sempat pulang ke kampungnya, mojokerto. Namun beberapa bulan di rumahnya, wanita berwajah cantik dan bertubuh aduhai ini memutuskan kembali ke Surabaya mencari kerja. Namun beberapa tempat SPA yang didatanginya selalu meolak lamarannya dengan alasan kebanyakan karyawan.
Yanti kemudian berlabuh di sebuah salon milik temannya. Namun hanya enam bulan di salon, dia tidak betah. selain karena gajinya pas-pas'an, Yanti merasa telah menemukan bisnis yang lumayan menjanjikan. Ya, Yanti akhirnya menjadi loper minyak zaitun ( Minyak urut beraroma wangi ).
Yanti mulai menyusuri jalanan memasarkan minyaknya. Tempat yang paling dituju adalah salon kecantikan. Ia menjual minyak urut kental berwarna bening itu perbotol dan boleh juga per CC. Satu botol kecil ia jual Rp. 100 ribu. Namun untuk pembelian satu botol berisi 10 CC itu akan dapat bonus pijat. Cuma, si pembeli harus mencari sediri tempat pijatnya.
Hingga pada suatu hari, Yanti mendapat orderan memijat dan diajak ke sebuah hotel di sekitar kota Surabaya. Yang menarik, karyawan hotel seperti sudah kenal dengan wanita semampai itu. Dia memang sering mijat disini, pijatanya heboh. Maklum , dia bekas pegawai SPA ,'kata karyawan hotel tersebut.
Sebelum masuk ke kamar hotel, Yanti sempat bergurau. Dia juga siap menjual celana dalam (CD) yang dipakainya. Lho kok???
Ternyata itu artinya dia siap memberikan layanan plus bila harganya cocok.

Di kamar hotel berukuran sekitar 4x4 meter itu Yanti langsung mengeluarkan minyak zaitun bibit (asli) sehingga harganya mahal. Beli 10 CC harganya Rp.100 ribu. Pembeli hanya dapat bonus pijat, namun sewa hotel ditanggung pembeli.
Pembeli itupun disuruh buka baju dan celana. Yanti mengambil handuk yang masih terlipat untuk kemudian diberikan ke pembeli tersebut. "Itu di pakai saja ," kata Yanti. Setelah semua siap , dia menyuruh pembeli tersebut tengkurap ( tidur menghadap ke bawah ) dengan telapak kaki agak menyembul melewati batas kasur.
Tapi sampai lama pembeli ini tengkurep, tapi tukang pijatnya belum juga memulai kerja. Pembeli itu jadi penasaran sehingga melihat ke belakang, apa kira-kira yang dilakukan Yanti sehingga lama sekali tidak mengusapkan minyaknya. Ternyata dia sibuk membuka celanan ketatnya. Setelah itu membuka bajunya. Pembeli itu sempat berfikir, pijat macam apa yang akan dilakukan sehingga Yanti sampai buka pakaian??
Dengan hanya memakai CD dan Bra, wanita itu naik ke kasur. Dengan posisi disamping pembeli yang tengkurep, dia kemudian mengusapkan minyak yang baru terbeli itu pelan-pelan. Usapannya sangat lembut di betis hingga mata kaki. Sesekali pembeli itu melirik kearahnya yang dalam posisi jongkok. Terlihat semua bagian sensitifnya sangat menggoda. Apalagi yang masih terbungkus CD. Heemmm.....
Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan lelaki bila ditindih wanita cantik yang hanya memakai CD dan Bra. Apalagi Yanti sengaja menggoyang-goyangkan bokongnya saat memijat. Sesekali dia seperti tidak sengaja menyentuh bagian sensitif pembeli itu. "Eh, tak sengaja. Geli ya ?" ucapnya sambil tersenyum.
Pijatan Yantii memang tidak sekeras pemijat lelaki. Bahkan cenderung lembut dan mengincar titik-titik sensitif. Bahkan minyak zaitun yang dibeli darinya juga banyak diusapkan di bagian selangkangan, punggung dan sekitar dada.
Yang membuat jantung tersa berdetak kencang karena Yanti memijatnya dalam keadaan setengah bugil. Saat buka baju dia beralasan kepanasan. Begitu pula saat celananya dilepas, dia bilang takut celananya kotor kena minyak. Tapi kenapa CDnya tidak sekalian dibuka?
Ditanya begitu, Yanti hanya nyengir. Menurutnya, CD dan Bra yang dipakainya bisa "dibeli" keduanya. Maksud dia, tamu yang sedang dipijatnya boleh melepas kedua pakain dalam itu, asal bayarannya cocok. Tapi saat ditanya berapa harus membayarnya, Yanti lagi-lagi tersenyum.
Ternyata dia tidak punya tarif resmi. Kalau ada tamunya ingin pijat plus, akan ditunggu sampai benar-benar terangsang. Saat itulah Yanti pasang tarif. Biasanya dia buka tarif Rp. 300 ribu.
Untuk tamu yang sedang pegang uang dan dalam keadaan konak, tentu tak terasa mengeluarkan uang sebanyak itu. Tapi tarif itu sengaja dipasang tinggi agar tamunya punya ruang menawar. Yanti mengaku tak mau dibayar dibawah Rp. 200 ribu. Itu pun dia masih pilih-pilih tamu. "Kalua hanya melihat uangnya, banyak kok yang mau ngajak saya. Tapi kan saya perlu senang juga. Biar senang, juga dapat uang, ucapnya.
Peluhnya mulai menetes. Tangannya yang halus terus mengusap-usapkan minyak zaitun ke punggung pembeli itu. Sesekali dia menyeka menyeka keringat yang menitik di dahinya. Yanti kemudian turun dari punggung dan duduk disebelah. Pembeli itupun disuruh mengganti posisi dengan tidur tengadah.
Yanti kemudian membaluri dada pembeli itu dengan minyak yang terlihat mulai menipis di botol kecil. Dan bisa dibayangkan, bagaimana perasaan seseorang lelaki normal bila melihat pemandangan "langka" didepan mata. Apalagi Yanti sengaja membungkukan kepalanya sehingga dua gunung kembar di dadanya terlihat sangat menggoda.
Dengan alasan kesulitan mijat dari samping, Yanti kemudian permisi untuk naik keatas tubuh pembeli itu. Susah memang dibayangkan, di bagian mana kira-kira Yanti akan duduk. Tapi pembeli itu mempersilahkan saja apa maunya dia. Begitu di beri ijin, Yanti langsung naik menindih. Posisi duduknya pun pas diatas bagian paling sensitif lelaki. Yanti kemudian kembali mngurut dada pembeli itu sambil menggerak-gerakkan bokongnya seperti goyang ngebor. Tak sampai lima menit, Yanti berteriak. Katanya ada yang menyembul dari bawah. Pembeli itupun langsung mengerti maksud ucapan wanita bertubuh sintal itu.
Tapi karena sampai sejauh itu dia belum ditantang melakukan adengan "panas", Yanti pun seperti tak tahan. "Capek kalau terus mijat seperti ini," kata Yanti seperti memancing pembeli itu.
Ketika ditanya, apa yang bisa membuat dia tidak bosan, Yanti malah tidak menjawab. Bahkan ketika disuruh membuka CD'nya, Yanti malah menggeleng. Sejurus kemudian, dia bilang kalau "harga" CD'nya bisa sampai Rp. 300 ribu. Tapi setelah ditawar dan dirayu, tarifnya langsung diturunkan menjadi Rp. 200 ribu dan langsung jadi.
Yanti langsung tersenyum ketika pembeli mengangguk tanda setuju dengan "harga" yang ditawarkan. Dia pun menyambar handuk untuk menyeka peluhnya. Sementara pembeli yang masih belepotan minyak zaitun disuruh tetap di tempat karena dia akan mengelap basah sisa minyak tersebut. "Tunggu disana, jangan buru-buru. Saya akan temani sampai puas," katanya sambil bangkit dari atas kasur.
Saat melangkah ke kamar mandi, Pembeli tersebut dapat kesempatan untuk melihat bentuk tubuhnya. Tak hanya wajahnya saja yang cantik. Kulit tubuhnya putih halus. Tak sedikitpun terlihat lipatan disekitar perutnya. Padahal dia mengaku sudah pernah menikah, tapi belum sempat puny anak.
Saat balik dari kamar mandi ternyata tubuh Yanti sudah tak berbalut Bra dan CD. Benar-benar polos dan menantang. Dia sendiri agak tersentak ketika tahu kalau pembeli itu sudah duduk bersandar di dipan menatap ke pintu kamar mandi. Dengan sedikit malu dia menutup bagian sensitifnya dengan telapak tangan. "kok sudah bangun, ayo tidur lagi menghadap ke bawah. Minyaknya mau dibersihkan dahulu,' katanya sambil mendekat.
Setelah semua bersih, Yanti kembali naik ke atas tubuh pembeli itu. kali ini bukan untuk mengurut lagi, tapi justru dia yang minta dielus dan diremas-remas. Matanya terpejam ketika tangan pembeli itu menyentuh ujung gunung kembarnya. Sementara dibawah dia mulai beraksi. Posisi duduknya agak keatas hingga dekat dada pembeli itu. Namun dengan "ilmu" meringankan tubuhnya, Yanti pun tak terasa berat. Tak seperti cewek pada umumnya yang selalu minta cepat-cepat, Yanti malah menyuruh pembeli itu santai. Dia mengaku tak mau diajak begituan kalau tidak senang dengan orangnya. "Aku sih gak munafik, aku memang butuh uang. Tapi bukan itu yang utama. Dari tadi aku sudah terangsang juga,"katanya.
Matanya terpejam ketika jemari mengelus bagian paling sensitif di tubuhnya. Sesaat kemudian bibirnya mendesis. Yanti pun sengaja melonggarkan posisi kakinya, seperti memberi kesempatan untuk meraba seluruh titik rangsangan di tubuhnya. Aneh rasanya kalau Yanti yang berstatus sebagai "penjual" malah mendapat servis. Tapi itulah yang dilakukan wanita sintal itu. "Walau kamu yang bayar, tapi kan gak apa kalau aku yang nikmati duluan,"ucapnya.
Bgi Yanti, tidak akan nikmat melakukan permainan seks kalau dia sendiri belum terangsang. "Gak enak kalau aku belum siap, makanya aku selalu minta disanyangi dulu,"ucapnya sambil bangkit dari posisi setengah tidur.
Yanti kemudian menyuruh pembeli itu bersandar diujung dipan. Sama seperti posisi dia sebelumnya, Yanti pun selanjutnya dengan "rakus" melumat tubuh pembeli itu. Dari ujung jempol kemudian naik ke lutut, paha dan terakhir di sekitar alat vital. Sambil terus meremas-remas "burung" yang sudah setengah berkokok, Yanti tak henti-henti "ngepel" bagian-bagian sensitif dengan mulutnya.
Ketika "burung" itu berdiri tegak, dia langsung "menelannya" mentah-mentah. Bahkan pembeli itu terasa ngilu dan ampun-ampun baru dilepaskan. Setelah itu Yanti menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Saat itulah dia baru minta permainan puncak. "Ayo donk, saya juga sudah tidak tahan,"rengeknya sambil mengusap-usap bagian vitalnya.
Matanya mendelik dengan mulut mendesis. Dia juga setengah teriak saat pertahananya bobol. Dia bukanlah perawan. Tapi masih sangat rapet sehingga perlu "kekuatan" penuh untuk menjebolnya. "Pelan-pelan saja, perih rasanya,"rengeknya sambil memperbaiki posisi tidurnya.
Yanti kemudian minta pegang kendali. Pembeli itu hanya disuruh diam. Teryata dia mulai ngebor dari bawah. Awalnya pelan seperti mengikuti irama. Namun selanjutnya putaran "bornya" makin kencang. Peluh mengucur deras. Bahkan Yanti terlihat seperti orang mandi.
Selesai memberikan servis Plus, Yanti tak langsung bisa bangkit dari kasur. Dia tampak kelelahan. Bahkan tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang itu dia biarkan berangin angin. Matanya menataplangit-langit kamr hotel. Bahkan ketika pembeli selesai membersihkan badan, Yanti masih tetap terkulai diatas kasur. Saat disuruh ke kamar mandi , dia malah bilang malas. Yanti bahkan meminta pembeli itu kembali tidur di sebelahnya.
Apakah ada ronde kedua? Ternyata dia tidak keberatan kalu pembeli itu minta jatah tambahan. Namu karen hari hampi malam, pembeli itu menyarankan dia memakai bajunya. Dengan langkah gontai dia melangkah ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Namun keluar kamar mandi dia belum juga mau memakai baju. Katanya dia belum puas. "Kok cuman sekali, ayo lagi.....,"rengeknya...
Hampir satu setengah jam berada di kamar hotel, Yanti belum juga memakai bajunya. Wanita bertubuh sintal itu bahkan terus meminta agar pembeli itu tidak buru-buru. Yanti pun dengan sedkit memelas minta pembeli itu mendekat dann duduk disampingnya.
Dia pun lantas mengaku malu kalau terlalu merengek kepada lelaki agar ditiduri. Tapi dia mengaku tak bisa menahan hasrat seksnya. "Walau saya mau dajak kesini (hotel), saya tidak gampangan. Saya juga pilih-pilih orang kok. Tapi saya juga gak bisa kalau sedang pingin gini lantas ditinggalkan,"ucapnya.
Apa yang dkatakan Yantilangsung menyentuh perasaan pembeli itu. Rupanya dia sedang kasmaran. Pembeli itu pun akhirnya sangat hati-hati menanyakan kepadanya,apakah ronde kedua nanti harus dibayar lagi? Begitu mendengar pertanyaan pancingan itu, wajah Yanti terlihat memerah. Namun akhirnya dia berusaha tersenyum sambil menggeleng. "Kalau untukmu sampai tidak bisa bangun pun saya ladeni," katanya.
Setelah itu Yanti dengan sigap memereteli lagi pakain pembeli itu. Dan tidak seperti sebelumnya yang lebih banyak diam, kali ini Yanti demikian agresif. Dia melancarkkan ciuman bertubi-tubi seperti orang kesurupan. Bahkan sambil berdiri dia menciumi bibir dan terus ke bawah hingga terhenti di bawah pusar. Benda yang masih setengah tegak itu pun dia remas-remas hingga kokoh.
Selanjutnya, Yanti menaikkan kaki kirinya ke atas kasur. Sementara kaki kanannya masih berpijak di bawah. Tubuhnya dirapatkan hingga menempel ke tubuh pembeli itu. Tangannya meraih benda yang tadi di remas-remas hingga mengeras tersebut. Pelan-pelan dia menuntunnya menembus ke bagian vitalnya. Begitu pertahananya bobol, Yanti mendesis sambil terus menggerak-gerakkan pinggulnya.
Tak sampai tiga menit berdiri dengan satu kaki naik ke atas kasur, Yanti mengeluh capek. Dia kemudian minta pembeli itu mengganti gaya. Pembeli itupun disuruh duduk di bibir kasur. Kemudian dia naik ke pangkuan. Dan belum sampai tiga menit, dia kemudian membaringkan tubuhny.
Dan itu gaya terakhir yang di perlihatkan karena setelah itu dia terkulai seperti tubuh tanpa tulang. Peluhnya kembali mengucur deras. Bahkan kipas angin besar yang ada di kamar itu masih terasa panas.
Wanita berpostur aduhai ini kemudian menyeka keringatnya dengan handuk yang sudah setengah basah. Satu telapak tangannya masih dipakai untuk menutupi anunya agar cairan kental yang masuk tadi tidak sampai meleleh kemana-mana.
Saat pembeli itu keluar dari kamar mandi, Yanti terlihat bersandar di dipan/ranjang. Senyumnya mengembang seperti orang puas. Dia pun akhirnya bangkit dan melangkah ke kamar mandi masi dengan tangan ditempelkan ke anunya.
Hih, banyak sekali," katanya sambil lewat.
Setelah sama-sama bersih dan berpakain, Yanti malah menahan pembeli itu agar tidak segra keluar kamar. Dia minta ditunggui sampai selesai berdandan lagi. Setelah itu, Yanti malah menawari pembeli itu makan. Katanya, uang yang baru diterimanya tidak akan jadi apa-apa. Makanya dia mau mentraktir pembeli itu. "Ayo, nanti aku beliin jamu, kebetulan saja sekarang tidak bawa,"ajaknya.
Saat mau keluar dari kamar hotel, Yanti sempat menarik tangan pembeli itu. Kali ini bukan lagi merengek minta ronde ketiga. Tapi dia membisikkan sesuatu ke telinga pembeli itu. Katanya, kalau sudah tidak punay uang, maka uang Rp. 200 ribu yang tadi dia ambil akan dikasih lagi setengahnya untuk pembeli itu. "Ini, ambil saja. Saya cukup ini saja,"katanya sambil menyodorkan selembar uang seratus ribuan. Tapi pembeli itu tidak mau menerimanya karena sudah janji memberikan sejumlah itu.
Tapi kalau ditraktir makan dan beli jamu, tentu tidak menolak. Yanti pun langsung menggeber sepeda motornya kearah pasar. Sementara pembeli itu membuntuti dari belakang. Tak sampai lima belas menit mereka tiba di pasar yang saat itu sedang ramai. Yanti memarkir motornya dan langsung mendekat. Dia kemudian menggandeng tangan pembeli itu seperti sepasang kekasih atau sepasang suami istri.
Di warung sate yang penuh pembeli tersebut mereka duduk berdampingan. Saat itulah Yanti kembali membisiki telinga pembeli itu. "Kayaknya kita cocok jadi pacar ya,"candanya sambill tertawa. Dia terus saja ngoceh sambil menunggu sate. Karena pertanyaannya tidak dijawab,Yanti tampak cemberut. Dia kemudian menggoda lagi dengan menantang pembeli itu cari kamar hotel keesokan harinya. "Besok kemana? Kalau gak ada acara kita jalan yuk,"ajaknya. Ketika dibilang sudah tidak punya uang untuk membayarnya, wajah Yanti langsung memerah. Sejurus kemudian darin bibirnya meluncur ucapan tak kalah pedas. "Aku gak usah dibayar lagi.
Kalau mau kontak aku, kalau gak mau juga gak apa-apa. Memangnya aku gatelan,"katanya.
Keesokan harinya,saat pembeli itu santai di rumah, saat memori tentang Yanti sudah hampir terhapus dari otak, tiba-tiba ponsel berdering. Ternyata yang menelpon adalah Yanti. Lama tak diangkat, nada panggila itu kemudian mati. Tapi sebentar kemudian berdering kembali. Ketika diangkat, dia malah minta agar pembeli itu menelpon balik. Katanya pulsanya tinggal sedikit dan belum sempat beli pulsa.
Yanti minta ketemuan ditempat sebelumnya, yakni sebuah salaon di nseputaran kota surabaya. Kali ini dia malah menantang mecari hotel di tempat lain. Bahkan dia janji akan membayar hotel tersebut. Setelah itu, dia menantang akan membayar pembeli itu sama seperti yang dia terima sebelumnya. Syaratnya, dia minta dipijitin dan dijos sampai klimaks. Katanya yang kemarin itu belum sampai puas.
Kalau lagi tidak mood, Yanti sangat sulit diajak jalan. Walau ditawari segepok uang, wanita bertubuh sintal itu akan menolak kalau dia tidak suka dengan lelaki. Dia memang menjual minyak kepada siapa saja yang mau beli. Tapi tidak sembarangan mencari teman kencan. Yanti tipe cewek jinak-jinak merpati. "Saya juga takut kena penyakit, makanya harus lihat-lihat orangnya,'ucap Yanti saat tiba di sebuah kamar bungalow. Kali ini Yanti merasa kikuk karena tempat itu agak asing baginya.
Di kamar bungalow itu Yanti lagsung melepas semua pakaiannya. Katanya ingin cepat-cepat dipijitin. Handuk yang terlihat diatas kasur dia embat, kemudian dililitkan untuk menutupi tubuhnya. Dia pun langsung tidur dalam posisi tengkurep, seperti yang dilakukan pembeli itu saat hendak dipijat. Cepat donk, itu ambil minyaknya didalam tas saya,"katanya dengan nada sedikit memerintah.
Karena tahu pembeli itu tidak bisa memijat, Yanti kemudian menyuruh mengurut-urut saja. Minyak yang dibalurkan dibawah lehernya kemudian diusapkan ke sekujur punggungnya. Saat tangan mulai mengelus pinggangnya, dengan nakal Yanti menyuruh pembeli itu mengusapkan minyak itu agak ke bawah.
Yanti kemudian merubah posisi tidurnya menjadi tengadah. Ini bisa dibayangkan, bagaimana perasaan kita sebagai tukang pijatnya saat melihat dua gunung kembarnya tanpa penutup (Bra). Apalagi dia mulai melepas lilitan handuk di tubuhnya. Huh...apa yang belum terlihat jelas saat kencan pertama, sekarang jadi terlihat jelas. Usapan minyak yang sebelumnya mengarah ke dada langsung turun ke pusat sasaran. Saat tangan pembeli itu menyentuh "semak belukar" dibawah pusarnya, Yanti menggeliat dan mendesah. Matanya terpejam. Tangannya dengan cepat menangkap tangan pembeli itu agar terus mengusap bagian paling sensitif milik wanita itu.
Peluhnya mengucur deras. Kali ini Yanti tidak seperti hari kemarinnya. Dia lebih agresif dan pegang kendali. Bahkan terus minta walau sudah dua ronde terlewati. Di ronde ketiga, dia baru mengaku kehabisan tenaga. Bahkan dia sampai tak sempat menyeka keringatnya. Tubuhnya dibiarkan terlentang tanpa busana diatas kasur.
Seperti janji sebelumnya, Yanti tiba-tiba mengeluarkan uang dari dompetnya. Katanya uang itu untuk membayar pembeli itu. Tapi apa kata dunia kalau uang itu diambil ? karenanya pembeli itu dengan hati-hati menolak pemberiannya. "Kalau gitu aku pakai saja ya,"ucapnya.
Lantas,mengapa Yanti yang kerjanya berkeliling dari salon ke salon menawarkan minyak zaitun ternyata mau diseret keranjang ? Ternyata kisahnya cukup panjang. Wanita berambut ikal itu ternyata sempat punya suami. Tapi usia pernikahannya hanya seumur jagung. Hanya tiga bulan dan suaminya tewas tabrakan. Bahkan janin dikandungannya yang berusia sekitar dua minggu akhirnya dia gugurkan karena tidak siap memelihara anak tanpa suami.

  ©Template by Dicas Blogger.